Apakah kesuksesan ditentukan oleh bakat alami atau cara kita berpikir?
Pertanyaan ini menjadi jantung dari buku fenomenal Mindset karya Carol S. Dweck, seorang profesor psikologi dari Stanford University. Dalam buku ini, Dweck menantang keyakinan lama bahwa kecerdasan dan kemampuan adalah bawaan lahir. Sebaliknya, ia memperkenalkan dua jenis mindset yang bisa mengubah segalanya: fixed mindset dan growth mindset.
Apakah kesuksesan ditentukan oleh bakat alami atau cara kita berpikir?
Pertanyaan ini menjadi jantung dari buku fenomenal Mindset karya Carol S. Dweck, seorang profesor psikologi dari Stanford University. Dalam buku ini, Dweck menantang keyakinan lama bahwa kecerdasan dan kemampuan adalah bawaan lahir. Sebaliknya, ia memperkenalkan dua jenis mindset yang bisa mengubah segalanya: fixed mindset dan growth mindset.
Fixed mindset adalah keyakinan bahwa bakat dan kecerdasan bersifat tetap, tidak bisa diubah. Seseorang dengan pola pikir ini cenderung takut gagal, tidak mau mencoba hal baru, dan mudah menyerah. Sebaliknya, growth mindset adalah pola pikir yang percaya bahwa kemampuan bisa dikembangkan melalui usaha, belajar, dan ketekunan.
Dweck menyajikan ratusan studi ilmiah dan cerita nyata yang membuktikan bahwa orang-orang sukses—baik di bidang olahraga, bisnis, pendidikan, maupun seni—bukan selalu yang paling berbakat, tapi yang memiliki pola pikir berkembang. Contoh-contoh seperti Michael Jordan, Thomas Edison, hingga murid-murid biasa yang akhirnya melampaui ekspektasi, menjadi bukti hidup dari teori ini.
Yang membuat buku ini begitu relevan adalah penerapannya yang luas. Bukan hanya untuk anak sekolah atau pendidik, Mindset menyentuh kehidupan orang tua, pasangan, pemimpin tim, hingga pelaku bisnis. Dweck menjelaskan bahwa dengan mengadopsi growth mindset, seseorang akan lebih terbuka terhadap kritik, melihat kegagalan sebagai pembelajaran, dan terus berkembang sepanjang hidup.
Salah satu bab paling menarik adalah ketika Dweck membahas dunia pendidikan. Ia menunjukkan bagaimana sistem nilai dan pujian yang salah bisa membentuk fixed mindset sejak dini. Pujian seperti “Kamu pintar” ternyata bisa membuat anak takut mencoba hal yang lebih sulit. Sebaliknya, pujian seperti “Kamu kerja keras sekali” menumbuhkan keberanian untuk belajar dan mencoba.
Buku ini juga menyoroti peran penting lingkungan dalam membentuk pola pikir. Banyak organisasi yang gagal berkembang karena para pemimpinnya memiliki fixed mindset, merasa paling tahu, dan tidak terbuka pada kritik. Sementara organisasi dengan growth mindset justru bisa bertahan, berinovasi, dan menginspirasi tim untuk maju bersama.
Bahasa yang digunakan Dweck cukup ringan namun tetap akademis. Ia tidak menggurui, tapi mengajak pembaca untuk merefleksikan bagaimana pola pikir memengaruhi hampir semua aspek hidup. Mulai dari hubungan pribadi hingga cara menghadapi tantangan, semuanya kembali ke mindset yang kita pelihara.
Satu hal yang sangat ditekankan Dweck adalah: Siapa pun bisa berubah. Tidak ada kata terlambat untuk beralih dari fixed ke growth mindset, asalkan ada kesadaran dan kemauan. Bahkan, para pemimpin dunia yang awalnya tertutup bisa berubah menjadi lebih terbuka dan progresif setelah menyadari kekuatan pola pikir ini. Buku Mindset bukan hanya memberikan teori psikologi, tapi juga menginspirasi perubahan cara berpikir. Membacanya seperti sedang bercermin—menemukan bagian diri yang bisa tumbuh dan bagian yang perlu dilepas. Sebuah bacaan wajib bagi siapa saja yang ingin sukses dengan cara yang sehat, jujur, dan berkelanjutan.
